Teknologi Turbin Gas/Gasifier Biomasa Dalam COGENERATOR
DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD IBTADAA
JPTE
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2008
Latar belakang
Kegiatan industri yang semakin meningkat tentunya menyebabkan pemakaian pembangkit listrik berbahan bakar fosil meningkat dan pada gilirannya pemakaian bahaba bakar fosil meningkat pula. Kalau hal ini dibiarkan, maka pada permlaan abad ke 20
Peningkatkan efisiensi itu terjadi pada pembangkit yang menggunakan bahan bakar gas ( gas fired cogeneration ), hal ini karena adanya kombinasi antara panas dan daya listrik.
Untuk mengetahui gas fired cogeneration secara detail bisa digunakan metoda analisis exergy. Hal ini karena dengan metoda itu pengukuran secara detail dan akurat bisa dilakukan pada bagian power plant yang tidak efisien. Sehingga besarnya energi yang hilang atau yang dibuang ke atmosfer bisa diketahui kemudian kualitas dari energi bisa ditentukan secara akurat. Exergy adalah potensi dari energi untuk melakukan kerja dan kerja itu diperoleh dari sejumlah zat yang dibawa ke-kadaan kesetimbangan termo dinamic. Sehingga terbentuklah termo mechanikal exergy yang bisa diklasifikasikan sebagai exergy kinetik, exergy potensial dan phisical exergy.
Sementara itu pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar gas banyak digunakan di pabrik ( peleburan besi dan tekstil ) dan hotel. Berarti energi panas yang dibutuhkan di kedua tempat itu bisa diambil dari panas gas buang dengan menggunakan teknologi gas fired cogeneration. Pembangkit itu umumnya mempunyai kapasitasnya yang relatif kecil, hal ini karena energi listrik yang dibutuhkan kecil sehingga energi termal yang bisa disuplai juga kecil. Hal inilah yang membuat investasi cogenerator menjadi rendah, tapi biaya bahan bakarnya relatif tinggi. Sedang untuk kebutuhan termal dan listrik yang tinggi bisa digunakan pembangkit Combined cycle dengan biaya investasi dan bahan bakar yang tergolong moderat. Untuk pembangkit yang menggunakan back pressure turbined ternyata uap yanfg keluar masih mempunyai entalphi ( mengandung energi ), berarti uap itu masih bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dengan menggunakan turbin tekanan rendah dan menengah sehingga terjadilah combined cycle
Keunggulan Cogeneration adalah : bisa mengurangi ketergantungan catu daya, mengurangi biaya untuk pemakaian energi, bisa menghemat konsumsi energi 20 -40%, keandalannya baik, fluktuasi tegangan kecil, kebisingan rendah dan pemeliharannya mudah.
Cogeneration juga merupakan teknologi konversi energi yang memproduksi listrik dan termal secara simultan. Konversi energi itu dilakukan dengan cara memodifikasi pembangkit listrik konvensional dengan menambahkan suatu peralatan penukar panas. Dengan demikian teknologi cogeneration merupakan pilihan yang tepat untuk memanfaatkan energi pada boiler, gas turbin dan diesel secara optimum. Teknologi ini bisa memanfattkan dua jenis energi : pertama memanfaatkan uap yang dihasilkan boiler, ke dua memanfaatkan panas gas buang suatu pembangkit listrik untuk memproduksi uap.
Objek Aplikasi
Mengoptimalkan BIOMASA Untuk Pembangkit listrik
Industri Gula
Produksi tebu di dunia terus meningkat sejak awal tahun 1960 dengan pertumbuhan
rata-rata sekitar 3 % pertahun. Saat ini produksi tebu telah mencapai 1 milyar ton. Sedangkan
produktivitas perkebunan tebu rata-rata berkisar 58 ton/ha/tahun yang setara dengan produksi
kayu bakar kering sebesar 38 ton/ha/tahun [1]. Dengan tingkat produksi seperti saat ini, sektor
industri gula merupakan lahan yang potensial untuk memanfaatkan energi biomasa secara
lebih ekonomis.
Di Indonesia industri gula dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : industri gula
pasir, industri gula merah dan industri gula siwalan. Industri gula pasir dan gula merah
menggunakan bahan
legen. Untuk pembahasan selanjutnya, akan dibahas industri gula yang menggunakan bahan
Konsumsi bahan
68 buah perusahaan yang terdiri atas 52 buah perusahaan BUMN dan 16 buah perusahaan
swasta. Produksi gula di
meningkat menjadi 5 juta ton pada tahun 2015 (Gambar 1), dengan pertumbuhan sekitar 3,5
% pertahun dan pada tahun 2015 akan sedikit menurun menjadi 2,5 % pertahun. Hal ini
sangat berkaitan dengan semakin meningkatnya produksi pemanis yang menggunakan bahan
PENDAHULUAN MASALAH
Setiap industri harus mempertahankan kesinambungan untuk jangka panjang, begitu
juga industri gula. Gula merupakan komoditas yang harganya berfluktuasi sesuai dengan
pasar dunia, sehingga untuk memperoleh pendapatan yang stabil dalam jangka panjang,
industri gula perlu melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi dalam industri gula yang
sudah banyak digunakan di negara maju dan berkembang adalah :
1. memproduksi alkohol sebagai produk sampingan
2. membangkitkan listrik dengan sistem cogeneration.
Seperti telah dijelaskan, meskipun kebutuhan gula di dunia terus meningkat tetapi
untuk jangka panjang tingkat pertumbuhannya akan menurun, sehingga diversifikasi dengan
memproduksi alkohol dari fermentasi tetes tebu merupakan alternatif untuk dapat
mempertahankan kelangsungan pabrik. Hal tersebut sudah banyak dilakukan di beberapa
negara berkembang yang telah memproduksi alkohol dari tetes tebu atau dengan
menggunakan teknologi lain yang dapat memproduksi alkohol langsung dari fermentasi tebu.
7
Teknologi ini sudah digunakan di Brasil. Pabrik gula dengan teknologi ini menunjukkan
peningkatan produksi, yaitu dari 3,4 milyar liter/tahun pada tahun 1979/80 menjadi 11,5
milyar liter/tahun pada tahun 1987/88. Pada tahun 1987/88, 4,5 % dari total kebutuhan energi
di Brasil dipenuhi dari alkohol. Namun di Indonesia saat ini, harga alkohol yang dihasilkan
dari tebu ini belum dapat bersaing dengan harga bahan bakar minyak (BBM).
Di negara maju, industri gula yang memproduksi listrik dengan sistem cogeneration
sudah umum digunakan. Kelebihan listrik yang dihasilkan dapat dijual ke perusahaan listrik
yang sudah ada. Penjualan listrik merupakan hal yang penting untuk kestabilan pendapatan
bagi perusahaan, karena pendapatan dari hasil penjualan listrik sering seimbang dengan pendapatan dari penjualan gula.
- Cogenerator set
2. Global cogenerator turbin
3. Mesin Bor 220V/450W/ 50Hz
4. dan berbagai alat pendukung lainnya
BIAYA TOTAL PEMBUATAN CO GENERATOR INDUSTRI ADALH SEBAGAI BERIKUT:
- Biaya peralatan dan bahan Rp. 15.000.000
- uapah Rp. 5.000.000
- biaya proyek Rp. 4.500.000
total Rp. 24.000.000
KESIMPULAN
Co generator yang menerapakan sistem open sycle dimana gas atau asap dari rumah-rumah yang sedang memasak ataupun ruangan yang didalamnya sedang terjadi proses pembakaran yang sering terjadi di lingkungan Industri, gas atau asap buangan tersebut ini akan menghasilkan energi mekanisme yang selanjutnya bisa memutar poros generator dan pada akhirnya dapat menghasilkan suatu energi listrik yang sangat bermanfaat untuk menghidupkan beberapa alat elektronik yang dayanya cukup kecil seperti : lampu penerangan, dan sebagainya.
II. KEUNGGULAN DAN FUNGSI PRODUK
1. Bisa mengurangi ketergantungan catu daya.
2. Dapat membangkitkan energy listrik.
3. Dapat menghemat biaya listrik dari PLN.
4. Fluktuasi tegangan kecil.
5. Kebisingan rendah dan pemeliharannya mudah.